Keberbakatan
Kali ini saya akan menjelaskan
tentang keberbakatan. Apa yang dimaksud dengan keberbakatan? Ciri-ciri apa saja
yang dimiliki anak berbakat? Apa hubungan keberbakatan dan kreativitas? Apa itu
kurikulum berdifferensiasi? Seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia
berbeda dengan anak-anak lainnya. Perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri yang
khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya. Namun, ‘keunggulan’ tersebut
selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus menjadi ‘kelemahan’.
Yang dimaksud sebagai kelemahan di sini adalah diabaikannya ia sebagai individu
yang memiliki hak sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dirinya.
Anak-anak
berbakat memiliki potensi yang luar biasa, baik untuk menjadi pribadi yang
positif ataupun yang negatif. Hal ini ditentukan oleh penanganan yang mereka
pada masa tumbuh kembang, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat di
mana dia tinggal.
Banyak
anak berbakat di perlakukan sama dengan anak-anak yang lain dan disamaratakan.
Akibatnya banyak anak yang memiliki kelebihan namun “menguap” begitu saja.
Padahal jika praktisi pendidikan mampu untuk mengelola dengan baik anak-anak
berbakat ini, sebenarnya akan lebih banyak manfaat yang dapat diambil dari
mereka. Maka dari itu,
kali ini saya akan menjelaskan tentang keberbakatan.
A.
Pengertian
Keberbakatan
Pada hakikatnya keberbakatan adalah konsep yang
berakar secara biologis dari otak dan merupakan integrase yang terakselerasikan
dari fungsi otak. Hal itu mencakup penginderaan fisik, emosi, kognisi dan
intuisi (Clark, 1986).
Menurut
Lucito (Cartwight, 1984) definisi keberbakatan sebagai berikut :
·
Ex post fakto, yang didasarkan atas
penampilan prestasi yang luar biasa dalam bidang tertentu.
·
Intelligence test, yang didasarkan atas IQ
sebagai tolok ukur tes kecerdasan
·
Sosial, yang didasarkan atas
kecakapan-kecakapan yang secara sosial dapat disetujui (diterima)
·
Presentage, yang didasarkan atas persyaratan
masyarakat akan jumlah orang tersebut yang dikehendaki untuk memainkan
peran-peran khusus.
·
Creativity, yang didasarkan atas perilaku
dan/atau unjuk kerja sebagaimana diukur oleh pengukuran kreativitas.
Menurut S.C.U. Munandar,
1982 anak berbakat diistilahkan sebagai anak cerdas dan cemerlang.
Menurut
Tedjasaputra, MS (2003), bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu
pendidikan dan latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuaan dan
keterampilan khusus.
Menurut
Widodo Judarwanto 2007, keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau
kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik, matematika,
fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai
tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di atas
rata-rata anak seusianya.
Menurut
Galton 2002, kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa,
diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual,
kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.
Menurut
Renzulli 2002, keberbakatan merupakan interaksi antara kemampuan umum dan/atau
spesifik, tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi dan tingkat
kreativitas yang tinggi.
Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal
yang khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir dan merupakan interaksi dari
pengaruh lingkungan. Keberbakatan itu ditentukan oleh kebutuhan dan
kecenderungan kebudayaan di mana seseorang yang berbakat itu hidup.
B.
Hubungan
Kreativitas dan Keberbakatan
Keberbakatan itu merupakan potensi bagi
pengembangan kreativitas. Menurut Renzulli, seseorang yang memiliki
kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki
kreativitas
Masalah
kretifitas dan keberbakatan merupakan dua hal yang dapat dibedakan tetapi
sangat erat kaitannya - Menurut Guilford (1959), Renzulli (1978), Torrance (1962),
Getzles dan Jackson (1962), Clark (1983), dikemukakan bahwa didalam
keberbakatan itu ada komponen penting yang disebut kreatifitas.
Konsepsi
“three ring conception” dari Renzulli dkk. (1981) yang menyatakan bahwa 3 ciri
pokok yang merupakan kriteria persyaratan keberbakatan ialah berkaitan dengan:
§ Kemampuan umum diatas rata-rata
salah
satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya
kecerdasan dan kecakapan sebagaimana di ukur dengan tes prestasi belajar yang
menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Istilah kemampuan
umum tercakup berbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes
intelegensi, bakat, kemampuan, mental primer dan berfikir kreatif.
§ Kreativitas diatas rata-rata
kelompok
(clauster) kedua yang dimiliki anak/berbakat ialah kreativitas sebagai
kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan
memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah,
atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya.
§ Pengikatan diri terhadap tugas
sebagai
bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet
mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam-macam rintangan atau hambatan,
menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena telah mengikatkan
diri terhadap tugas tersebut atas kehendak sendiri.
C.
Ciri-ciri
anak berbakat
Seorang pakar pendidikan khusus
bernama Matinson (1974) pernah mengemukakan bahwa setidaknya ada 14 ciri-ciri yang
menjadikan seorang anak dapat dikategorikan sebagai Anak Berbakat. Keempat
belas ciri tersebut adalah seperti di bawah ini.
1.
Mempunyai
pengamatan yang tajam. Sesuatu yang biasa saja di mata orang-orang menjadi hal
yang sangat menarik dan harus dianalisis oleh anak berbakat.
2.
Dapat
berkonsentrasi untuk waktu yang panjang pada tugas dan minatnya.
3.
Berpikir
kritis, bahkan terhadap diri sendiri. Anak berbakat lebih banyak bertanya
terhadap apa yang ada di lingkungannya dan terhadap dirinya sendiri. Jika
memilik masalah, anak berbakat tidak hanya menanyakan kenapa dirinya bisa
seperti ini tapi juga menganalisa ke belakang dan dampaknya ke depan.
4.
Senang
mencoba hal-hal baru. Anak berbakat cenderung penantang dalam mencari
pengalaman. Keinginan anak berbakat atas segala hal yang menarik baginya
diikuti oleh keinginan yang kuat dan kefokusan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak normal pada umumnya.
5.
Mempunyai
daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
6.
Senang
terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.
7.
Cepat
menangkap hubungan-hubungan sebab akibat.
8.
Berperilaku
terarah pada tujuan. Anak berbakat memiliki tingkat kefokusan tinggi pada
tujuan akhirnya.
9.
Mempunya
daya imajinasi yang kuat.
10.
Memiliki
banyak kegemaran. Mempunyai daya tarik pada banyak hal dan tetap fokus pada
banyak hal tersebut.
11.
Mempunyai
daya ingat yang kuat.
12.
Tidak
cepat puas dnegan prestasinya.
13.
Peka
(sensitif) dan menggunakan intuisi (firasat).
14.
Menginginkan
kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Utami Munadar, pakar pendidikan
Anak Berbakat, berperndapat bahwa sebenarnya ciri-ciri anak berbakat tidak
banyak berbeda dari anak pada umumnya, hanya saja anak berbakat memiliki
ciri-ciri di atas dalam derajat yang jauh lebih tinggi. Selain itu, tidak semua
anak berbakat memiliki semua ciri-ciri tersebut. Dengan kata lain, sebagian
anak berbakat hanya memiliki beberapa ciri-ciri di atas.
D.
Kurikulum
berdifferensiasi
1.
Pengertian
Kurikulum berdiferensiasi
adalah suatu condition sine qua non dalam
memberikan pengalaman Pendidikan bagi anak berbakat. Kurikulum berdiferensiasi
beranjak dari teori spesialisasi belahan otak (hemisphere specialization; Kitano & Kirby, dalam Semiawan,
1992). Kurikulum berdiferensiasi adalah kurikulum yang dirancang untuk anak
berbakat untuk memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan
kemampuan intelektual siswa. Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum
menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus
untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi
(differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak.
2.
Kegunaan
a.
Digunakan
pada anak yang memiliki keterbakatan
b.
Memfokuskan
anak pada bakatnya
c. Untuk
dapat mewujudkan bakat yang khusus
d.
Dapat mengetahui keberbakatan anak dan
memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah dideferensiasikan
e.
Setiap anak memiliki peluang besar untuk
terus meningkatkan kemampuannya
f.
Memberi pengalaman pendidikan yang
disesuaikan dengan minat & kemampuan intelektual murid
g.
Beragam pilihan dimana siswa dapat
mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari
h.
Beragam kegiatan atau proses yang masuk
akal sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide.
i.
Beragam cara agar siswa dapat
mengeksplorasi kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik
dan mentalnya
3.
Perbedaan
dengan kurikulum umum
Perbedaan kurikulum umum dengan kurikulum berdiferensiasi terletak dalam
hal bahwa kurikulum umum mencakup berbagai pengalaman belajar yang dirancang
secara komprehensif dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu, dengan
mengembangkan kontennya sesuai dengan kepentingan perkembangan populasi sasaran
tertentu. Sebaliknya, kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat, terutama
mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan
menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar
intelektual pada tingkat tinggi.
Kurikulum umum bertujuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum
berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan
kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak
memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus
terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Tiga hal
yang membedakan penerapan kurikulum berdiferensiasi dengan kurikulum umum:
1. Konten. Muatan atau materi yang diberikan
kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
2. Proses. Proses belajar anak berbakat, entah
itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.
3. Produk. Dalam hal penugasan, anak berbakat
diberikan beban produk yang lebuh rumit dan kompleks daripada anak umum. Produk
belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda
Sumber
Dariyo. A. (2004). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Grasindo
Semiawan, C. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT. Grasindo
Semiawan, C. 2010. Kreativitas
Keberbakatan. Jakarta : PT indeks.
Sunaryo.
2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Waluyo, Suwardi, Feryanto. A, Haryanto. T.
(2008). Ilmu pengetahuan sosial.
Jakarta: Pusat perbukuan departemen Pendidikan nasional
https://fatinahmunir.blogspot.co.id/2012/08/ciri-ciri-anak-berbakat-menurut.html
Komentar
Posting Komentar