REVIEW JURNAL HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECANDUAN SITUS JEJARING SOSIAL PADA MASA DEWASA AWAL
MAKALAH
PSIKOLOGI
INTERNET
(SOFTSKILL)
“REVIEW JURNAL HUBUNGAN
ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECANDUAN
SITUS JEJARING SOSIAL
PADA MASA DEWASA AWAL”
Oleh:
Vicka
Yudesti Ilna (17515025)
2PA08
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2017
I.
LATAR BELAKANG MASALAH
Hadirnya situs jejaring sosial semakin
mempermudah penggunanya untuk berkomunikasi secara virtual. Kemudahan yang diberikan melalui situs
jejaring sosial disadari dapat memenuhi kebutuhan akan kehidupan sosial individu. Namun akan
menjadi masalah apabila penggunaan situs
jejaring sosial dilakukan secara terus-menerus
dan berlebihan hingga berdampak negatif pada kehidupan
individu, seperti kecanduan situs jejaring sosial. Salah satu hal yang diduga
menyebabkan individu dewasa awal mengalami
kecanduan situs jejaring sosial adalah keterampilan sosial
yang rendah. Situs jejaring sosial,
secara tidak langsung dapat menjadi sarana bagi individu yang memiliki keterampilan sosial yang rendah dan mengalami kesulitan dalam menjalin
hubungan sosial secara face to face
menjadi beralih ke dunia maya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meneliti adanya hubungan antara keterampilan sosial dan kecanduan jejaring
sosial pada masa dewasa awal. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif.
Sampel penelitian ini berjumlah 200 orang. Pengambilan sampel terhadap subjek
penelitian menggunakan metode non random sampling.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi
yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi informasi dimana salah satunya adalah internet. Internet digunakan sebagai media untuk memperoleh atau mengakses informasi apapun dengan mudah
dan cepat. Salah satu media internet
yang saat ini sedang banyak digemari adalah media sosial atau yang sering
dikenal dengan nama situs jejaring sosial. Situs jejaring sosial adalah
sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan
penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta
mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Situs-situs jejaring sosial yang banyak
dinikmati beberapa diantaranya adalah Facebook,
Twitter, dan Yahoo Messanger. Situs
jejaring sosial berfungsi sebagai media yang dapat digunakan sebagai
sarana komunikasi dengan teman-teman yang sudah lama tidak dapat
ditemui, sehingga membantu seseorang untuk tetap dapat menjalin komunikasi
tanpa harus bertatap muka. Kemudahan dan
kenyamanan yang diperoleh individu melalui
situs jejaring sosial dapat
menjadi masalah apabila penggunaannya dilakukan secara berlebihan dan
menyebabkan adanya kecanduan.
Menurut pandangan behavioris,
pengguna situs jejaring sosial mendapatkan reward
secara positif, melalui orang
lain. Hal tersebut dikarenakan situs jejaring sosial telah memberikan arti
mengenai pengalaman untuk mencintai, dicintai, diperhat ikan, mendapat
kenyamanan, merasa kepuasan, dan walau tanpa interaksi tatap muka secara
langsung dengan orang lain. Reward yang diperoleh ini menjadi penguat perilaku
pada diri seseorang untuk terus menggunakan jejaring sosial sebagai sarana
komunikasinya. Kecanduan situs jejaring sosial merupakan salah satu
jenis bentuk kecanduan yang disebabkan oleh teknologi internet atau yang lebih
dikenal dengan internet addictive
disorder (IAD). Kecanduan merupakan
perilaku ketergan-tungan pada suatu hal yang disenangi danakan terus dilakukan. Kecanduan merupakan
kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari
keadaan itu, sehingga individu kurang mampu mengontrol dirinya
sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi.
II.
METODE PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini adalah
individu dewasa awal, pengguna aktif situs jejaring sosial,
memiliki intensitas frekuensi online di situs jejaring sosial setidaknya
lebih dari 3 kali dalam sehari, berusia 20-30 tahun, berjenis kelamin laki-laki
dan perempuan dengan jumlah sebanyak 200 orang,
dengan teknik non random sampling.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode kuesioner yang terdiri
dari identitas subjek serta skala
keterampilan sosial dan skala kecanduan jejaring sosial. Dalam penelitian ini, skala keterampilan
sosial dapat diukur dengan menggunakan skala keterampilan sosial yang disusun
berdasarkan model keterampilan sosial menurut Wu (2008), yang terdiri dari social
presentation, social scanning dan social flexibility. Sedangkan untuk skala kecanduan situs jejaring sosial ini
disusun berdasarkan dimensi kecanduan jejaring
sosial menurut Thadani & Cheung (2011), yaitu mood alternation, social benefit, negative outcome, compulsivity,
excessive time, withdrawal symptom, dan
interpersonal control. Bentuk
skala yang digunakan untuk
mengukur keterampilan sosial dan
kecanduan jejaring sosial adalah skala
Likert dengan lima alternatif jawaban.
Uji validitas item pada penelitian
ini menggunakan teknik korelasi Product Moment Spearman. Uji
reliabilitas instrumen menggunakan teknik
Alpha Cronbach. Sedangkan teknik analisis data yang
digunakan untuk melihat hubungan antara
keterampilan sosial dan kecanduan
jejaring sosial adalah teknik korelasi Product Moment Spearman.
Pengujian validitas dan reliabilitas
alat pengumpul data serta analisis data, dilakukan dengan bantuan program aplikasi
SPSS versi 20 for windows.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji validitas terhadap
skala keterampilan sosial,
diketahui bahwa dari 30
item yang diuji terdapat 26 item dinyatakan valid (sahih) dan 4
item dinyatakan gugur. Item yang
dinyatakan valid atau sah secara keseluruhan bergerak dari 0,315 sampai dengan
0,653. Untuk skala keterampilan sosial diperoleh nilai koefisien reliabilitas
(α) sebesar 0,888 (r = > 0,700).
Sedangkan untuk uji validitas skala kecanduan situs jejaring sosial diketahui bahwa dari 46
item yang diuji, terdapat 31 item
yang diuji dinyatakan valid (shahih)
dengan indeks validitas berkisar antara 0,315 sampai dengan 0,729. Nilai
koefisien reliabilitas (α)
skala kecanduan situs jejaring
sosial diketahui sebesar 0,927 (r = > 0,700). Untuk uji normalitas digunakan
program SPSS ver. 20 for Windows
yaitu Kolmogorov Smirnov untuk menguji normalitas sebaran skor.
Berdasarkan pengujian diperoleh hasil pengujian normalitas pada skala
keterampilan sosial dengan nilai p (signifikansi) yaitu sebesar 0,000 pada Kolmogorov Smirnov
dengan p > 0.05. Sedangkan
pada kecanduan jejaring sosial diperoleh hasil pengujian normalitas dengan
nilai p (signifikansi) yaitu sebesar 0.000 pada
KolmogorovSmirnov dengan p >
0.05. Hal ini dapat dikatakan bahwa distribusi keterampilan sosial dan
kecanduan jejaring sosial tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji
asumsi, dapat diketahui bahwa data dari kedua variabel tidak berdistribusi
normal. Oleh karena itu, untuk selanjutnya data penelitian dianalisis dengan
teknik korelasi Product Moment Spearman. Berdasarkan pada analisa data yang
dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman (1-tailed)
diketahui nilai koefisien korelasi sebesar r = - 0,167 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.009 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis
diterima, artinya adanya hubungan antara keterampilan sosial dan kecanduan jejaring sosial pada masa
dewasa awal dengan arah hubungan negatif, yang menunjukkan bahwa
semakin tinggi keterampilan sosial
yang dimiliki seseorang maka
kecanduan terhadap situs jejaring sosialnya akan rendah, demikian pula sebaliknya.
Deskripsi sampel penelitian dilakukan dengan membagi sampel
yang berjumlah 200 orang menjadi beberapa kelompok berdasarkan
identitasnya, yang meliputi jenis
kelamin, usia, status, media yang
digunakan untuk online di situs jejaring sosial, situs jejaring sosial yang
dimiliki beserta rating dan alasannya, fitur yang digunakan pada situs jejaring
sosial facebook dan
twitter beserta rating dan alasannya, alasan menggunakan situs jejaring
sosial, berapa kali sehari mengunjungi
situs jejaring sosial, dan
lamanya waktu yang digunakan saat online di situs jejaring sosial. Pada
deskripsi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa sampel penelitian terdiri dari 79
laki-laki (39,5%) dan 121 perempuan (90,89%). Sedangkan rentang
usia sampel penelitian diketahui dalam kelompok usia 20-23 tahun berjumlah
119 orang (59,5%), kelompok usia 24-26
tahun berjumlah 52 orang (26%), dan
kelompok usia 27-30 tahun berjumlah 29
orang (14,5%). Bila dilihat dari
status yang dimiliki oleh sampel penelitian maka diketahui lajang berjumlah 119 orang (59,5%), berpacaran berjumlah 74 orang (37%), dan menikah berjumlah 7 orang (3,5%).
Untuk media yang paling banyak digunakan ketika individu online di situs jejaring
sosial adalah smartphone dibandingkan media lainnya seperti
komputer dan tablet. Smartphone
dipilih sebanyak 188 dengan
presentasi sebesar 94%. Sedangkan
untuk situs jejaring sosial yang paling banyak dimiliki adalah facebook dibandingkan situs jejaring sosial sebanyak
187 dengan presentasi sebesar 36,8%.
Untuk situs yang paling sering
digunakan diketahui bahwa Twitter dan
Facebook lebih sering digunakan
dibandingkan dengan situs jejaring sosial lainnya. Twitter
dipilih sebanyak 191 dengan presentasi sebesar 29,75%, sedangkan
Facebook dipilih sebanyak 186 dengan presentasi sebesar 28,97%. Sedangkan untuk deskripsi alasan meng-gunakan situs jejaring sosial,
diketahui bahwa alasan untuk mendapatkan
informasi, berita, dan edukasi sebanyak
172 dengan presentase sebanyak 28,57%. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
adanya hubungan antara kete-rampilan sosial dan kecanduan situs jejaring sosial
pada masa dewasa awal. Berdasarkan hasil
analisis penelitian, diketahui
bahwa hipotesis yang telah dirumuskan
diterima yang artinya terdapat hubungan antara keterampilan sosial dan
kecanduan situs jejaring sosial pada masa dewasa awal. Arah hubungan adalah
negatif, dengan nilai koefisien korelasi sebesar (r) = -
0,167, hal ini menunjukan bahwa semakin
tinggi keterampilan sosial yang dimiliki seseorang maka semakin rendah
kecanduan situs jejaring sosial, dan
sebaliknya apabila semakin rendah keterampilan sosial yang dimiliki seseorang maka semakin
tinggi kecanduan situs jejaring
sosial. Keterampilan sosial yang
dimiliki seseorang akan membuatnya merasa nya-man dan mampu berkomunikasi
dengan baik. Hal tersebut dikarenakan individu akan mampu menampilkan diri
dengan baik di dalam kehidupan sosialnya, mampu menangkap dan mengenali isyarat -isyarat , baik verbal maupun non-verbal serta memiliki keterampilan untuk menyesuaikan perilaku dari
satu peran sosial ke peran sosial yang lain dalam menyesuaikan diri terhadap
situasi sosial. Merrel & Gimpel, (1998) mengatakan bahwa individu
dengan keterampilan sosial yang baik akan mengalami berbagai keberhasilan dan
kegagalan selama hidup, namun individu tersebut dapat mengatasi situasi sosial
dan masalah yang mereka hadapi dengan baik. Sedangkan bagi individu yang
memiliki keterampilan sosial yang rendah cenderung tidak ramah, memiliki
harga diri rendah, mu-dah marah, menganggap percakapan biasa sebagai
suatu tugas yang sulit, menarik diri dari lingkungan, serta tidak nyaman ketika
berkomunikasi secara face to face. Hal inilah yang mungkin menjadi salah satu
alasan mengapa individu dapat menjadi kecanduan terhadap situs jejaring sosial.
Saat individu tidak memiliki keterampilan sosial yang baik maka biasanya
individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang
lain di dunia nyata. Hadirnya situs jejaring sosial, secara tidak langsung
dapat menjadi sarana bagi individu yang memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan
secara sosial face to face menjadi beralih ke dunia maya. Di dalam dunia
maya, khususnya saat menggunakan situs jejaring sosial, kesulitan-kesulitan
yang diperoleh oleh individu-individu dengan keterampilan sosial yang rendah
dapat diminimalisir melalui fitur-fitur yang ada.
Selain itu, perkembangan
keterampilan dalam bersosialisasi turut
dipengaruhi oleh sejauh mana intensitas seseorang dalam bertemu dan
berinteraksi bersama dengan rekan sebaya, keluarga dan rekanan sosial. Situs
jejaring sosial merupakan alternatif komunikasi bagi kebanyakan orang, salah
satunya orang-orang di masa dewasa awal untuk menjalin komunikasi secara
virtual, dimana pada masa tersebut orang-orang sudah mulai sibuk dengan
tanggung jawabnya masing-masing. Bila
individu tetap mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain maka
kecenderungan untuk menjadi kecanduan terhadap situs jejaring sosial yang
digunakannya akan rendah, hal tersebut
dikarenakan individu mampu
menyeimbangkan penggunaan situs jejaring sosial yang dimilikinya. Namun jika
individu mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang
lain dikarenakan rendahnya keterampilan sosial yang dimilikinya, maka individu
akan memiliki kecenderungan untuk
menjadi kecanduan terhadap situs jejaring sosial.
Sampel penelitian ini adalah masa dewasa awal dengan
rentang usia dari 20-30 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan deskripsi sampel
penelitian diketahui bahwa data
yang diperoleh berdasarkan usia menunjukan bahwa keterampilan sosial tertinggi
(91,24%) terdapat pada individu yang
berusia 27 - 30 tahun sedangkan data kecanduan situs
jejaring sosial tertinggi (82,10%) terdapat padaindividu dengan kelompok usia 24-26 tahun. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Merrel dan Gimpel (1997) yang menyatakan bahwa
keterampilan pada setiap individu berbeda sesuai dengan tingkat usia karena
kemampuan kognisi sosial seseorang makin bertambah dengan seiring dengan
bertambahnya usia sese-orang. Sehingga semakin tinggi keteram-pilan sosial
seseorang berdasarkan tingkat usia maka kecanduan akan penggunaan jejaring
sosial akan semakin menurun.
Merrel dan Gimpel (1998) juga
mengidentifikasikan bahwa jenis kelamin
merupakan faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial seseorang. Perempuan
cenderung dinilai mempunyai keterampilan sosial yang lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki. Hal ini terlihat pada hasil data yang diperoleh dimana
perempuan memiliki keteram -pilan sosial yang lebih tinggi (90,89%)
dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan mean kecanduan situs jejaring sosial
tertinggi (79%) diperoleh oleh laki-laki. Hasil perhitungan deskripsi sampel penelitian diketahui bahwa data diperoleh berdasarkan
media yang paling banyak digunakan adalah
Smartphone dibanding-kan media
lainnya seperti komputer dan tablet. Smartphone
dipilih sebanyak 188 dengan presentasi sebesar 94%. Hal ini mungkin
dikarenakan smartphone meru-pakan alat yang praktis dalam mengakses internet seperti situs jejaring
sosial, sehingga ndividu yang membutuhkan sarana untuk berkomunikasi
dapat dengan mudah untuk mengaksesnya serta dapat menjaga kedekatan dengan
anggota kelompok teman lainnya yang ditunjang oleh penggunaan smartphone. Disamping itu, smartphone
merupakan media yang praktis untuk dibawa kemana saja, sehingga dapat
digunakan setiap saat. Dalam penelitian ini, situs yang paling banyak dimiliki
adalah facebook dibandingkan situs jejaring sosial lainnya. Facebook dipilih
sebanyak 187 dengan presentasi sebesar 36,8%. Sedangkan situs yang
paling sering digunakan adalah Twitter.
Twitter dipilih sebanyak 191
dengan presentasi sebesar 29,75%. Sedangkan untuk frekuensi online di situs jejaring sosial
pada individu usia 20-30 tahun yaitu 3-5 kali dalam sehari
dinyatakan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok frekuensi lainnya. Hal ini
mungkin dirasa lebih optimal untuk berhubungan dengan teman di situs jejaring
sosial dengan jumlah frekuensi antara 3-5 kali dalam sehari. Frekuensi online
< 1 jam di situs jejaring sosial pada subjek usia 20-30 tahun dinyatakan lebih
tinggi yaitu sebanyak 171 orang
dibandingkan dengan kelompok frekuensi lainnya.
Individu merasa frekuensi
penggunaan situs jejaring sosial < 1
jam merupakan frekuensi waktu yang ideal
dan efektif untuk menciptakan atau menjaga komunikasi dengan orang lain di
situs jejaring sosial. Individu mungkin telah mempertimbangkan bahwa dengan
frekuensi waktu yang terlalu lama akan menyebabkan kejenuhan sehingga
mengurangi kualitas pertemuan dengan orang lain di kehidupan nyata.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data yang
dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman (1-tailed) diketahui nilai koefisien korelasi
sebesar r = -0,167 dengan nilai
signifikansi sebesar 0.009 (p<0.05).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yang
artinya adanya hubungan antara keterampilan sosial dan kecanduan jejaring sosial pada masa
dewasa awal dengan arah hubungan negatif,
dimana semakin tinggi
keterampilan sosial yang dimiliki
seseorang maka semakin rendah kecanduan situs
jejaring sosial, dan sebaliknya apabila semakin rendah keterampilan
sosial yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi kecanduan situs jejaring
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Majorsy,U.
Kinasih,A.D., Andriani,I. Lisa,W.(2013). Proceeding
PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil). Hubungan Antara Keterampilan Sosial Dan
Kecanduan Situs Jejaring Sosial Pada Masa Dewasa Awal, 5, 78.
Komentar
Posting Komentar